Rabu, 29 April 2015

Biografi Al - Kindi



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Filsafat adalah ilmu yang membahas tentang hakekat sesuatu, baik yang bersifat teoritis ataupun yang bersifat praktis yakni pengetahuan yang harus diwujudkan dengan amal baik. pada pengertian filsafat islam yang merupakan hubungan dari filsafat dan islam. Filsafat islam adalah filsafat yang tumbuh di negri islam dan dibawah naungan Negara islam, tanpa memandang agama dan bahasa-bahasa pemiliknya.
Al-Kindi merupakan salah satu tokoh filosof muslim yang pernah hidup di zamannya. Dia adalah orang yang pertama kali mengenalkan filsafat kepada orang-orang muslim, dan juga sebagai peletak dasar bagi para filosof setelahnya. Apabila orang-orang muslim tadinya gamang dan ragu terhadap filsafat, kini dengan hadirnya Al-Kindi menjadi yakin dan dapat menerima filsafat.
Filsafat bagi Al-Kindi ialah pengetahuan tentang yang benar. Yang benar pertama bagi Al-Kindi ialah tuhan dan filsafat yang paling tinggi ialah filsafat tentang tuhan. Bahkan Al-Kindi berani mengatakan bagi orang yang menolak filsafat, telah mengingkari kebenaran, dan menggolongkannya kepada “kafir”, karena orang-orang tersebut telah jauh dari kebenaran, walaupun menganggap dirinya paling benar. Keselarasan antara filsafat dan agama didasarkan pada tiga alasan: (1) ilmu agama merupakan bagian dari filsafat, (2) wahyu yang diturunkan kepada nabi dan kebenaran filsafat saling bersesuaian dan,(3) menurut ilmu, secara logika, diperintahkan dalam agama.
Yang melatar belakangi pembuatan makalah yang berjudul “AL-KINDI” unyuk membahas dan mengorek kembali riwayat hidup, karya – karyanya dan filsafatnya. Karena Al-kindi sangat berpengaruh sekali dalam filsafat islam, seperti para tokoh filsafat yang lain. Namun di dalam makalah ini lebih membahas mengenai Al-kindi dan semua orang hanya sebagain yagn tahutokoh – tokoh yang berperan besar dalam pemikiran filsafat islam seperti halnya Al-kindi
Maka dari itu penulis akan membahas tentang Al-kindi, seperti riwayat hidup Al-kindi, karya Al-kindi, dan filsafat Al-kindi.
B. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Riwayat Hidup Al-kindi ?
2.      Apa saja karya – karyanya Al-kindi ?
3.      Apa saja filsafat – filsafatnya Al-kindi ?


BAB II
PEMBAHASAN
A.   Al-kindi
1.     Biografi Al – kindi
            Al-kindi yang dikenal sebagai filosof muslim pertama keturunan Arab pertama, nama lengkapnya yaitu Abu Yusuf Yakub ibn Ishaq ibn al-Shabbah ibn imran ibn Muhammad ibn al-Asy’as ibn Qais al-kindi. Beliau populer dengan sebutan Al-kindi, yaitu dinisbatkan kepada kindah, yakni suatu kabilah terkemuka pra Islam yang merupakan cabang dari Bani Kahlan yang menetap di Yaman.
            Al-kindi lahir di Kufah sekitar 185 H (801 M) dari keluarga kaya dan terhormat. Kakek buyut yakni al-Asy’as ibn Qais dan adalah salah satu sahabat Nabi yang gugur bersama Sa’ad ibn Abi Waqqas ketika peperangan antara Kaum Muslimin dengan Persia di Irak. Sedangkan ayahnya yakni Ishaq ibn al-Shabbah adalah seorang gubernur Kufah pada masa pemerintahan Al-Mahdi (775-785 M) dan Al-Rasyid (786 – 809 M). Ayahnya wafat ketika Al-kindi masih kanak- kanak, namun Al-kindi tetap memperolehkan kesempatan menuntut ilmu di Bashrah dan Baghdad.
            Al-kindi hidup pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah (Al-Amin, 809-813 M; Al-Ma’mun, 813-833 M; Al-Mu’tashim, 833-842 M; Al-Watsiq, 842-847 M dan Al-Mutawakkil, 847-861 M). Pada masa kejayaan Dinasti Abbasiyah dan berkembangnya intelektual, khususnya fanam Mu’tazilah. Al-kindi di undang oleh Khalifah Al-Ma’mun untuk mengajarkan pada Bait al-Hikmah dan mengasuh Ahmad, putra Khalifah Al-Ma’tashim.melalui Bait al-Hikmah, Al-kindi sangat dikenal dan berjasa dalam penterjemahan dan seorang pelopor yang memperkenalka tulisan Yunani, Suriah, dan India kepada dunia.
            Al-kindi banyak menguasai ilmu yang mengembang pada waktu itu di Kufah dan baghdad yaitu, kedokteran, filsafat, semantik, geometri, aljabar, ilmu falak, astronomi, sehingga Al-kindi bisa mengubah lagu. Jadi, tidak heran kalau banyak istilah-istilah yang dikembangkan oleh Al-kindi. Al-kindi tidak hanya dikenal filsuf muslim, tapi juga ilmuan yang menguasai semua bidang pengetahuan seperti matematika, geometri, astronomi, ilmu hitung, farmakologi, ilmu jiwa, optika, politik, musik dll.[1]
2.      KARYA-KARYA AL-KINDI
            Sebagai seorang filsuf muslim yang sangat produktif, ratusan karya dari Al-kindi dalam berbagai bidang tidak kurang dari 270 buah. Dalam bidang filsafat, yaitu :
a.       Kitab Al-kindi ila Al-Mu’tashim Billah fi al-Falsafah al-Ula (tentang filsafat pertama)
b.      Kitab al-Falsafah al-Dakhilat wa al-Masa’il al-Manthiqiyyah wa al-muqtashah wa ma Fawqa al-Thabi’iyyah (tentang filsafat yang dikenalkan dan masalah-masalah logika, muskil, serta metafisika)
c.       Kitab fi annahu la Tanalu al-Falsafah illah bi ‘Ilm al-Riyadhiyyah (tentang filsafat tidak dapat dicapai kecuali dengan ilmu pengetahuan dan matematika)
d.      Kitab fi Qashd Aristhathalis fi al-Maqulat (tentang maksud-maksud Aristoteles dalam kategorinya)
e.       Kitab fi Ma’iyyah al-‘Ilm wa Aqsamihi (tentang sifat ilmu pengetahuan dan klasifikasinya)
f.       Risalah fi Hudud al-asyya’ wa Rusumiha (tentang difinisi benda-benda dan uraiannya)
g.      Risalah fi Annahu Jawahir la Ajsam (tentang substansi-substansi tanpa badan)
h.      Kitab fi Ibarah al-Jawami’ al-Fikriyah (tentang umgkapa-ungkapan mengenai ide-ide komprehensif)
i.        Risalah al-Hikmiyah fi asrar al-Ruhaniyah  (sebuah tulisan filosof tentang rahasi-rahasi spiritual)
j.        Risalah fi al-Ibanah an al-‘Illat al-Fa’ilat al-Qaribah li al-kwan wa al-fasad (tentang penjelasan mengenai sebab dekat yang aktif terhadap alam dan kerusaka).[2]
Dalam kitab dan risalahnya, al-kindi memaparkan bagaimana kode - kode yang di uraikan. Teknik - teknik penguraian kode atau sandi – sandi yang sulit dipecahkan juga dikupas tuntas dalam kitab dan risalahnya.
Hal yang paling penting lagi, dalam buku tersebut al-kindi mengenalkan penggunaan beberapa teknik statistik untuk memecahkan kode – kode rahasia. Bidang kriptografi ini sangat dikuasai oleh al-kindi, lantaran al-kindi sendiri merupakan seorang pakar di bidang matematika.[3]
3.     FILSAFATNYA
a)    Filsafat Al-kindi
Dalam risalahnya yang ditujukan kepada Al-Mu’tashim, al-kindi menyatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang termulia serta terbaik dan tidak bisa ditinggalkan oleh setiap orang yang berfikir. Menurut Al-kindi, filsafat ialah ilmu tentang hakikat (kebenaran) segala sesuatu menurut kesanggupan manusia, yang mencakup ilmu ketuhanan, ilmu keesaan (wahdaniyah), ilmu keutamaan (fadhilah), ilmu tentang semua tentang semua cara meraih maslahat dan menghindar dari madharat.
Dalam keterangan Al-kindi terdapat unsur – unsur pikiran dari Plato dan Aristoteles. Unsur Aristoteles yaitu pembagian filsafat kepada teori praktis. Unsurt Plato yaitu definisinya , karena sebelum Al-kindi, Plato telah mengatakan bahwa filosof adalah orang yangh menghiasi dirinya dengan mencintai kebenaran serta menyelidiki, dan lebih mengutamakan jalan keyakinan daripada jalan dugaan (zhan).
Jalan mencapai kebenaran telah digariskan oleh Plato dan aliran Pythagoras. Plato mengatakan bahwa inti filsafat ialah mencintai, mengatur, dan mengagungkan kekuatan akal dan hati. Aliran Pythagoras menetapkan matematika sebagai jalan ke arah ilmu filsafat.
Dalam risalah lain yang berjudul Buku Aristoteles yang diperlukan untuk mempelajari. Begitu juga, Pythagoras mengatakan bahwa matematika diperlukan juga untuk mempelajari buku – buku tersebut.[4]
b)     Unsur Pemikirannya
Karangan – karangan Al-kindi ditemukan oleh seorang ahli ketimuran Jerman, yakni Hillmuth Ritter, di perpustakaan Aya Sosfia, Istanbul, dan masih ada 29 risalah. Risalah – risalahnya ini membicarakan soal – soal alam dan filsafat, yaitu 1) keesaan tuhan, 2) akal, 3) jiwa, 4) filsafat pertama. Risalah – risalah tersebut sudah di terbitkan  di Mesir oleh M. Abdul Hadi Aburaidah..
Adapun unsur – unsur filsafat yang ada pada pemikiran Al-kindi yaitu, sebagai berikut :
1)      Aliran Pythagoras tentang matematika sebagai jalan kea rah filsafat;
2)      Pikiran – pikiran Aristoteles dalam soal – soal fisika dan metafisika, meskipun Al-kindi tidak sependat dengan Aristoteles tentang qadimnya alam;
3)      Pikiran – pikiran Plato dalam soal kejiwaan;
4)      Pikiran – pikiran Plato dan Aristoteles bersama – sama dalam soal etika;
5)      Wahyu dan iman (ajaran – ajaran agama) dalam soal – soal yang berhubungan dengan Tuhan dan sifat – sifatnya;
6)      Aliran Mu’tazilah dalam memuja kekuatan akal manusia dan dalam menakwilkan ayat – ayat Al-Qur’an. (A.. Hanafi, 1991 : 73 :74)[5]

c)     Metafisika
Adapun mengenai ketuhanan, bagi Al-kindi, Tuhan adalah wujud yang sempurna dan tidak didahului wujud lain. Wujud-Nya tidak berakhir, sedangkan wujud lain disebabkan wujud-Nya.[6]
Dalam persoalan metafisika Al-kindi membicarakan beberapa risalahnya, yaitu risalah yang pertama berjudul Tentang Filsafat Pertama dan Tentang keesaan Tuhan dan Berakhirnya Benda – benda Alam. Pembicaraan dalam soal ini meliputi yaitu, hakikat Tuhan, Wujud Tuhan, dan sifat – sifat Tuhan adalah sebagai berikut :
a)      Hakikat Tuhan
Tuhan adalah wujud yang hak (benar) yang bukan asalnya tidak ada kemudian menjadi ada. Ia sangat mustahil tidak ada. Ia selalu ada dan akan selalu ada. Oleh karena itu, Tuhan adalah wujud sempurna yang tidak didahului oleh wujud lain, tidak berakhir wujud-Nya dan tidak ada wujud, kecuali dengan-Nya
b)      Wujud Tuhan
Untuk membuktikan wujud Tuhan, Al-kindi menggunakan jalan, yakni : 1) barunya alam 2) keanekaragaman dalam wujud (katsrah fi al-mawjudah) dan 3) kerapian alam.
Jalan yang pertama, Al-kindi menanyakan apakah mungkin sesuatu menjadi sebab bagi wujud dinya, ataukah tidak mungkin. Dijwabnya bahwa hal seperti itu tidaklah mungkin. Alam ini baru da ada permulaan waktunya, karena ala mini terbatas. Oleh karena itu, pasti ada yang menyebabkan alam ini terjadi (ada yang menjadikan).
Jalan yang kedua, Al-kindi mengatakan bahwa dalam alam ini, baik alam indrawi maupun alam yang lain yang menyamai, tidak mungkin ada keanekaragaman tanpa keseragaman, atau ada keseragaman tanpa keanekaragaman. Kalau alam indrawi tergabung dalam keanekaragaman dan keseragaman bersama – sama, hal ini bukan karena kebetulan, melainkan karena suatu sebab.
Jalan yang ketiga, yaitu jalan kerapian alam dan pemeliharaan tuhan terhadapnya, Al-kindi mengatakan bahwa alam lahir tidak mungkin rapid an teratur, kecuali karena adanya zat yang tidak tampak.[7]
c)      Sifat – sifat Tuhan
Keesaan Tuhan menjadi inti doktrin Mu’tazilah sedemikian rupa sehingga para filsuf disebutkan “orang – orang  (yang menjadikan) pengakuan akan keesaan Tuhan sebagai dasar keyakinan mereka” (ahl al-tauhid). Didukung oleh bukti tema – tema Mu’tazilah seperti keesaan Tuhan dalam penulisan filsafat Al-kindi, Al-kindi diyakini sebagai “Filosof Teologi Mu’tazilah.[8]
Al-kindi membuktikan keesaan tersebut dengan mengatakan bahwasannya bukan benda (huluyah, maddah), bukan form (shurah), tidak mempunyai kuantitas, tidak mempunyai kualitas, tidak berhubungan dengan yang lain (idhafah). Oleh karena itu, Tuhan adalah keesaan belaka, tidak ada yang lain, kecuali keesaan itu semata. Begitu pula, Tuhan bersifat azali, yaitu zat yang tidak bisa di katakan tidak ada, melainkan zat yang ada dan wujud-Nya tidak bergantung pada lain-Nya, tidak ada yang menjadikan-Nya, dan tidak ada sebab yang ada.
Zat yang azali tidak rusak (musnak). Tuhan tidak bergerak, karena dalam gerak itu artinya ada pertukaran yang tidak sesuai dengan wujud Tuhan yang sempurna. Karena zat yang azali itu bergerak, zaman (waktu) tidak berlaku pada-Nya, karena itu adalah bilangan gerak. Kesimpulannya yaitu bahwa Tuhan adalah sebab – pertama (first cause), di mana wujud-Nya bukan karena sebab yang lain.[9]
d)    Jiwa
Adapun tentang jiwa, menurut Al-kindi roh tidak tersusun, tetapi memiliki arti yang sangat penting, sempurna dan mulia. Substansi roh berasal dari substansi Tuhan. Hubungannya dengan Tuhan sama dengan hubungan cahaya dengan matahari. Selain itu jiwa bersifat spiritual, Ilaih, terpisah dan berbeda dari tubuh.
Roh adalah lain dari badan dan mempunyai wujud sendiri. Argumen yang dimajukan Al-kindi tentang perlainan roh dari badan yaitu keadaan badan mempunyai hawa nafs (carnal desire) dan pemarah(passion). Roh menentang keinginan hawa nafsu dan pemarah (passion). Sudah jelas bahwa yang melarang idak sama, tetapi berlainan dari yang dilarang.[10]
Al-kindi berpendapat, Al-kindi lebih dekat kepada pemikiran Plato ketimbang pendapat Aristoteles. Aristoteles mengatakan bahwajiwa adalah bahau, karena jiwa adalah form bagi badan. Form tidak bisa tinggal tanpa materi, keduanya membentuk kesatuan esensial, dan kemusnahan badan membawa kepada kemusnahan jiwa. Sedangkan Plato mengatakan bahwa kesatuan antara jiawa dan badan adalah kesatuan accidental dan temporer. Namun, Al-kindi tidak menyetujui Plato yang mengatakan bahwa jiwa berasa dari alam ide.
Al-kindi berpendapat bahwa jiwa memiliki 3(tiga) daya yaitu: daya bernafsu (appetative), daya pemarah (irascible), dan daya berfikir (cognitive faculty). Daya berfikir ini disebut akal. Bagi Al-kindi akal terbagi 3 (tiga) yaitu :
1)      Akal yang bersifat potensial.
2)      Akal yang telah keluar dari sifat potensial menjadi aktual.
3)      Akal yang telah mencapai tingkat tinggi keduadari aktualitas.
Akal yang bersifat potensial tidak dapat keluar menjadi aktual jika tidak ada kekuatan yang mnggeakkannya dari luar. Oleh karena itu ada lagi satu macam akal yang mempunyai wujud di luar roh manusia, yakni akal yang selamanya dalam aktualitas.
Jiwa atau roh selama berada dalam badan tidak akan memperoleh kesenangan  yang sebenarnya dan pengetahuannya tidak sempurna. Hanya roh yang suci di dunia ini yang dapat pergi ke Alam Kebenaran itu. Roh yang masih kotor dan belum bersih, pergi dahulu ke bulan. Al-kindi tidak percaya pada kekekalan hukum terhadap jiwa, tetapi menyakini bahwa pada akhirnya jiwa akan memperoleh keselamatan dan akan naik ke Alam Akal.
Al-kindi berpendapat, jiwa adalah qadim, namun keqadimannya berbeda dengan qadimnya Tuhan. Qadimnya jiwa karena diqadimkan oleh Tuhan.[11]


BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Al-Kindi adalah seorang  filosof yang berusaha mempertemukan agama dengan filsafat. Al-kindi berupaya membuktikan bahwa berfilsafat tidak dilarang. Meski Al-Kindi terpengaruh pemikiran-pemikiran Plato dan Aristoteles dan memperlihatkan corak Pythagorasme, namun dalam beberapa hal Al-Kindi tidak sependapat dengan para filosof Yunani mengenai hal-hal yang dirasakan bertentangan dengan ajaran islam yang diyakininya.
Sebagai filosof islam pertama yang menyelaraskan agama dengan filsafat, Al-kindi telah memberikan jalan keluar bagi filosof sesudahnya, seperti Al-Farabi, Ibn Sina, dan Ibn Rusyd.

B. SARAN
Dengan keterbatasan pengetahuan, penulis memohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, baik dalam segi penulisan maupun isinya. Namun penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis  juga sangat berharap kritik dan saran dari pembaca, agar dalam pembuatan makalah berikutnya bisa lebih baik lagi.




DAFTAR PUSTAKA
1.     Hakim, Abdul Atang dan Saebani, Ahmad Beni, Filsafat Umum (Bandung : Pustaka Setia 2008 Cetakan ke-1) hlm 446-447
2.     Nasution, Hamsyimsyah, Filsafat Islam (Jakarta : GAYA MEDIA PRATAMA 2005 Cetakan ke-4) hlm 22-23
3.     Nasr, Hossein Sayyed dan Leaman Oliver,  ENSIKLOPEDI TEMATIS FILSAFAT ISLAM (Londan dan New York : Routledge, 1996 Cetakan ke-1) hlm 213
4.     Nasution, Harun, Falsafat Dan Mistisisme Dalam Islam (Jakarta : Bulan Bintang 1995 Cetakan ke-9) hlm 17
5.     Wahyu, 99Ilmuan Muslim Perintis Sains Modern (jogjakarta : DIVA Press 2010 Cetakan ke-1) hlm 254


[1]  Nasution, Hamsyimsyah , Filsafat Islam ( Jakarta : Gaya Media Pratama, 2005 Cetakan ke-4) hlm 15

[2]  Nasution, Hamsyimsyah, Filsafat Islam ( Jakarta : Gaya Media Pratama, 2005 Cetakan ke-4) hlm 17

[3] Wahyu, 99Ilmuan Muslim Perintis Sains Modern (jogjakarta : DIVA Press 2010 Cetakan ke-1) hlm 254
[4] Hakim, Abdul Atang dan Saebani, Ahmad Beni, Filsafat Umum (Bandung : Pustaka Setia 2008 Cetakan ke-1) hlm 442 - 443
[5] Hakim, Abdul Atang dan Saebani, Ahmad Beni, Filsafat Umum (Bandung : Pustaka Setia 2008 Cetakan ke-1) hlm 441 - 442
[6] Nasution, Hamsyimsyah, Filsafat Islam ( Jakarta : Gaya Media Pratama, 2005 Cetakan ke-4) hal 19
[7] Hakim, Abdul Atang dan Saebani, Ahmad Beni, Filsafat Umum (Bandung : Pustaka Setia 2008 Cetakan ke-1) hlm 445-446
[8] Nasr, Hossein Sayyed dan Leaman Oliver, Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam  (Londan dan New York : Routledge, 1996 Cetakan ke-1) hlm 213
[9] Hakim, Abdul Atang dan Saebani, Ahmad Beni, Filsafat Umum (Bandung : Pustaka Setia 2008 Cetakan ke-1) hlm 446-447
[10] Nasution, Harun, Falsafat Dan Mistisisme Dalam Islam (Jakarta : Bulan Bintang 1995 Cetakan ke-9) hlm 17
[11] Nasution, Hamsyimsyah, Filsafat Islam (Jakarta : Gaya Media Pratama 2005 Cetakan ke-4) hlm 22-23

Tidak ada komentar:

Posting Komentar